A professional writer with over 5 years of experience, initially started as a blogger and journalist before diving into SEO Content Writing. Her passion spans various topics, including lifestyle, education, and business.
Di era globalisasi, peran penerjemah bukan lagi sekadar mentransfer bahasa, tetapi juga sebagai penghubung makna, konteks, dan bahkan budaya. Dalam konteks akademik maupun profesional, sertifikasi penerjemah menjadi alat ukur kompetensi yang sangat penting untuk menjembatani dunia riset dan praktik di lapangan.
Penerjemahan tidak lagi dipandang sebagai keterampilan informal, melainkan sebagai profesi dengan standar tertentu.
Banyak orang yang menguasai dua bahasa merasa cukup percaya diri untuk menerjemahkan dokumen atau artikel. Namun, pada level akademik dan profesional, keakuratan dan presisi menjadi hal yang sangat krusial. Oleh karena itu, sertifikasi penerjemah hadir sebagai pembeda antara penerjemah biasa dan profesional terlatih.
Menurut data dari laporan J Nurs Scholarsh, penerjemah bersertifikasi secara konsisten menunjukkan akurasi yang lebih tinggi. Dalam studi perbandingan antara penerjemah tersertifikasi dan yang tidak, ditemukan bahwa penerjemah yang tidak bersertifikat menghasilkan 21 kesalahan signifikan dalam menerjemahkan wawancara dari bahasa Spanyol ke Inggris. Sebaliknya, penerjemah bersertifikat berhasil menerjemahkan dengan akurat tanpa memerlukan koreksi besar selama proses coding. Fakta ini menjadi sangat penting ketika Anda berada dalam lingkungan akademik atau profesional yang menuntut presisi.
Dalam dunia akademik, seorang peneliti yang ingin mempublikasikan jurnal internasional tentu membutuhkan terjemahan yang bukan hanya benar secara gramatikal, tapi juga mempertahankan nuansa ilmiah yang khas. Begitu juga dalam praktik profesional seperti kontrak hukum, laporan keuangan, atau pedoman medis, kekeliruan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Maka dari itu, sertifikasi menjadi kebutuhan esensial, bukan sekadar pilihan.
Riset akademik sering membahas konsep, terminologi, dan metodologi yang kompleks. Untuk menerjemahkan karya ilmiah seperti disertasi, proposal penelitian, atau artikel jurnal, penerjemah harus memahami baik bidang ilmunya maupun struktur akademik yang khas. Hal ini tidak bisa hanya diandalkan dari kemampuan bahasa sehari-hari, tetapi perlu latihan khusus yang biasanya menjadi bagian dari pelatihan sertifikasi.
Lembaga seperti The American Translators Association (ATA) dan Chartered Institute of Linguists di Inggris menyediakan pelatihan mendalam dan simulasi penerjemahan berbasis disiplin ilmu tertentu. Di Indonesia sendiri, proses seperti ujian sertifikasi penerjemah tersumpah yang diselenggarakan oleh beberapa universitas ternama seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada merupakan contoh nyata betapa seriusnya profesi ini dikembangkan.
Sertifikasi ini biasanya mempersiapkan peserta tidak hanya secara linguistik tetapi juga dalam hal etika, konsistensi istilah, dan dokumentasi. Ketika seseorang memahami teori dari bangku kuliah dan bisa mengaplikasikannya dalam dokumen riil, di situlah jembatan antara teori dan praktik berhasil dibangun.
Baik Anda seorang freelancer maupun bagian dari lembaga, memiliki sertifikasi memberikan nilai legitimasi tersendiri. Seperti halnya seorang dokter yang tak bisa praktik tanpa STR (Surat Tanda Registrasi), atau seorang pengacara tanpa lisensi, penerjemah profesional yang memegang sertifikat memiliki posisi tawar yang jauh lebih baik.
Terlebih dalam konteks penerjemah tersumpah, ada proses biaya sertifikasi penerjemah tersumpah yang harus dilalui, mulai dari pelatihan, ujian, hingga pengambilan sumpah di hadapan pejabat publik. Ini bukan sekadar ritual, tetapi bentuk tanggung jawab moral dan hukum dari seorang penerjemah untuk menjaga integritas dokumen yang diterjemahkan.
Sertifikasi ini juga menjadi penting dalam kasus-kasus hukum atau dokumen resmi seperti akta kelahiran, surat nikah, ijazah, kontrak, dan lainnya. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, hanya penerjemah tersumpah yang hasil kerjanya dapat diterima secara legal oleh institusi pemerintah dan internasional.
Dengan menjadi bagian dari komunitas bersertifikasi, Anda akan lebih mudah mendapatkan proyek, mitra, bahkan bimbingan dari para senior. Banyak Lembaga Sertifikasi penerjemah yang juga memiliki forum diskusi, pelatihan lanjutan, serta event networking yang membuka banyak peluang profesional.
Selain itu, sertifikasi juga sering kali menjadi prasyarat dalam seleksi tender atau proyek dari lembaga donor dan organisasi internasional. UNESCO, World Bank, atau badan PBB lainnya misalnya, sering mencantumkan ‘certified translator only’ sebagai salah satu persyaratan dalam dokumen kerja sama mereka.
Meski demikian, proses ujian sertifikasi penerjemah tersumpah umumnya cukup ketat. Di Indonesia, ujian ini biasanya mencakup penerjemahan dokumen hukum dari dan ke Bahasa Indonesia serta Bahasa Asing (terutama Bahasa Inggris), serta sesi wawancara atau uji kompetensi lainnya.
Dalam pelatihan sertifikasi, peserta tidak hanya diajarkan tentang tata bahasa dan kosakata, tapi juga tentang prinsip etika penerjemahan. Misalnya, pentingnya menjaga kerahasiaan dokumen, tidak mengubah makna untuk kepentingan pribadi atau klien, dan menyampaikan makna seobjektif mungkin.
Seorang penerjemah yang tersertifikasi akan memiliki kode etik yang menjadi pedoman kerja, sehingga profesi ini tetap menjaga martabat dan kepercayaan publik. Tanpa sertifikasi, penerjemah bisa saja melakukan hal-hal di luar batas profesional, yang bisa berakibat hukum jika menyangkut dokumen resmi atau akademik.
Di ranah profesional, sertifikasi menjadi identitas dan jaminan kualitas. Misalnya, sebuah perusahaan multinasional yang hendak mengekspansi bisnis ke negara berbahasa asing.
Mereka memerlukan penerjemah yang bisa mengonversi dokumen hukum, materi pemasaran, dan laporan internal ke dalam bahasa lokal, tanpa kehilangan makna dan nuansa formalitasnya. Dalam konteks ini, perusahaan akan memilih penerjemah yang sudah memiliki sertifikasi penerjemah bahasa Inggris atau bahasa lainnya, sebagai jaminan bahwa mereka bekerja dengan standar tinggi.
Oleh karena itu, Lembaga Sertifikasi Penerjemah memainkan peran penting. Lembaga seperti HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) dan lembaga internasional lainnya bekerja sama dengan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) untuk menciptakan mekanisme evaluasi dan standar kompetensi.
Seorang penerjemah bersertifikasi tidak hanya dipercaya lebih, tapi juga berpotensi mendapatkan bayaran lebih tinggi. Di Indonesia, tarif resmi dari HPI berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan juga mengatur standar biaya penerjemahan, namun tarif ini dapat berbeda-beda dan biasanya penerjemah bersertifikat mengenakan tarif lebih tinggi karena kualitas dan legalitas terjemahan yang dijamin.
Memiliki sertifikasi penerjemah memang bukan satu-satunya cara untuk menjadi penerjemah yang baik, tetapi ia adalah pintu masuk menuju dunia profesional yang terstandarisasi. Sertifikasi memberikan pengakuan terhadap kemampuan Anda, membuka peluang kerja lebih luas, serta memperkuat kepercayaan klien terhadap hasil kerja Anda.
Di era di mana riset akademik harus bersaing secara global dan perusahaan membutuhkan komunikasi lintas bahasa yang presisi, keberadaan penerjemah bersertifikat menjadi jembatan yang vital.
Penerjemahan bukan hanya pekerjaan, tapi juga kepercayaan. Dan kepercayaan itu, sebagaimana kita tahu, dibangun lewat kredibilitas dan kompetensi, dua hal yang bisa Anda perkuat melalui sertifikasi penerjemah.